Tanggal 3 Desember merupakan
hari yang punya "Makna Khusus" bagi warga Departemen Pekerjaan Umum.
Karena pada tanggal tersebut lima puluh tujuh tahun yanga lalu terjadi
peristiwa bersejarah. Gugur tujuh orang karyawan yang berjuang
mempertahankan markas Departemen PU di Kota Bandung yang dikenal sebagai
"Gedung Sate". Peristiwa ini kemudian dikenang dan diperingati sebagai
HARI KEBAKTIAN PEKERJAAN UMUM.
Gedung V & W ini
dipertahankan mati-matian sampai titik darah penghabisan oleh para
pemuda/ pegawai Departemen PU. Karena mereka sadar, bahwa gedung
tersebut pada waktu itu dipergunakan sebagai kantor Pusat Departemen
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan, para pemuda pegawai Departemen Pekerjaan Umum tidak mau
ketinggalan dengan pemuda-pemuda lainnya di kota Bandung. Mereka
mempersiapkan diri dalam menghadapi segala kemungkinan yang sekiranya
akan dapat merintangi serta mengganggu kemerdekaan yang telah
diproklamasikan.
Jiwa dan semangat perjuangan yang
menyala-nyala dari para patriot muda ini kemudian dihimpun dan
disalurkan dalam suatu gerakan yang teratur dalam bentuk organisasi
dengan nama gerakan Pemuda PU.
Gedung Sate, telah berhasil diambil alih
oleh gerakan pemuda PU dari tangan Jepang. Kewajiban mereka selanjutnya
pada saat itu adalah mempertahankan dan memelihara apa yang telah
diambil alih itu jangan sampai direbut kembali oleh musuh. Untuk dapat
menyusun pertahanan yang kompak, maka gerakan pemuda ini lalu membentuk
suatu seksi pertahanan yang dipersenjatai seperti granat, beberapa pucuk
bedil dan senjata api lainnya hasil rampasan dari tentara Jepang.
Mulanya gerakan pemuda ini hanya
menghadapi sam kekuatan lawan. Yaitu tentara Jepang. Namun menjelang
akhir bulan September 1945, di Tanah Air ini mulailah mengalir tentara
Sekutu yang katanya ditugaskan untuk menjaga keamanan dan menyelesaikan
tawanan perang akibat bertekuk lututnya Jepang pada Sekutu.
Sumpah Setia
Tepatnya tanggal 4 Oktober 1945, kota
Bandung dimasuki tentara Sekutu yangdiiuti oleh serdadu Belanda dan
NICA. Sejak saat itu suasana kota Bandung menjadi semakin tidak aman.
Sejak itu pula gerakan pemuda pejuang harus berhadapan dengan tentara
Jepang dan tentara Sekutu, Belanda dan NICA.
Dengan semakin gawatnya situasi pada
waktu itu, para pegawai dari Kantor Pusat Dep. PU dibawah pimpinan
Menteri Muda Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Ir Pangeran Noor pada
tanggal 20 Oktober telah mengangkat Sumpah Setia Kepada Pernerintah
Republik Indonesia.
Hampir setiap hari kantor Departemen
Perhubungan dan Pekerjaan Umum dikacau oleh tentara Sekutu/Belanda/NICA,
akibatnya para pegawai tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang.
Oleh karena itu, pada mulanya semua pegawai Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum diperkenankan untuk tidak masuk kantor selama situasi
belum aman. Kecuali para pegawai yang memang diserahi barang-barang
milik negara yang ada di dalamnya. Tugas yang berat ini mereka terima
sebagi suatu kewajiban yang mulia yang akan dilaksanakan dengan taruhan
jiwa dan raga.
Terjadinya Peristiwa
Pada tanggal 24 Nopernber 1945,
dibagian utara kota, meletus suatu pertempuran yang hebat. Penduduk
sekitarnya banyak yang mengungsi ke kota lain yang keadaannya masih
aman.
Waktu itu Gedung Sate dipertahankan oleh
Gerakan Pemuda PU yang diperkuat oleh satu Pasukan Badan Perjoangan
yang terdiri lebih kurang 40 orang dengan persenjataan yang agak
lengkap.
Tetapi, bantuan yang diberikan itu tidak
lama, karena pada tanggal 29 Nopember 1945, pasukan tersebut lalu
ditarik dari Markas Pertahanan Departemen Perhubungan dan Pekerjaan
Umum.
Tanggal 3 Desember 1945, jam I 1.00
pagi, waktu itu kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum di Jl.
Diponegoro 22 Bandung yang dikenal dengan Gedung Sate itu hanya
dipertahankan oleh 21 orang. Tiba-tiba datang menyerbukan sepasukan
tentara Sekutu/Belanda dengan persenjataan yang berat dan modern.
Walaupun demikian petugas yang mempertahankan Gedung Sate ini tak mau
menyerah begitu saja. Mereka mengadakan perlawanan mati-matian dengan
segala kekuatan yang dimiliki tetap mempertahankan kantor yang akan
direbutnya itu.
Mereka dikepung rapat dan diserang dari
segala penjuru. Pertempuran yang dahsyat itu memang tidak seimbang.
Pertempuran ini baru berakhir pada pukul 14.00 WIB. Dalam pertempuran
tersebut diketahui dari 21 orang pemuda 7 diantaranya hilang. Satu orang
luka-luka berat dan beberapa orang lainnya luka-luka ringan. Setelah
dilakukan penelitian ternyata para pemuda yang hilang itu diketahui
bernama : Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo,
Soebengat, Ranu dan Soerjono.
Semula memang belum diketahui dengan
pasti, dimana jenazah dari ketujuh orang pemuda ini berada. Baru pada
bulan Agustus 1952 oleh beberapa bekas kawan seperjuangan mereka
dicarinya di sekitar Gedung Sate, dan hasilnya hanya ditemukan empat
jenazah yang sudah berupa kerangka. Keempat kerangka para suhada ini
kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.
Sebagai penghargaan atas jasa-jasa dari
tiga orang lainnya yang kerangkanya belum ditemukan telah dibuatkan 2
tanda peringatan. Satu dipasang di dalam Gedung Sate dan lainnya
berwujud sebuah Batu Alam yang besar ditandai dengan tulisan nama-nama
ketujuh orang pahlawan tersebut yang ditempatkan di belakang halaman
Gedung Sate.
Sebelummya, yakni pada tanggal 3
Desember 1951 oleh Menteri Pekerjaan Umum pada waktu itu, Ir. Ukar
Bratakusuma, ketujuh pemuda pahlawan tersebut dinyatakan dan dihormati
sebagai "PEMUDA YANG BERJASA" dan tanda penghargaan itu telah pula
disampaikan pada para keluarga mereka yang ditinggalkan
Hari Bakti
Satu hari menjelang genap Dwi Windu Usia
peristiwa 3 Desember 1945 tepatnya tanggal 2 Desember 1961, Menteri
Pertama Ir. H. Djuanda (almarhum) telah memberi "Pernyataan Penghargaan"
tertulis kepada mereka para pemuda pegawai yang gugur pada tanggal 3
Desember 1945 dalam mempertahankan Gedung yang pertama dari Depertemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, di Jl. Diponegoro Nomor 22 Bandung.
Peristiwa 3 Desember 1945 ini telah tercatat dalam sejarah perjuangan
bangsa, dan sejarah perkembangan Pekerjaan Umum pada khususnya.
Peristiwa ini telah mempersembahkan
"Sapta Taruna Kesatrianya" keharibaan Ibu Pertiwi. Dan melahirkan suatu
korps Pemuda/Pegawai Pekerjaan Umum yang mempunyai kesadaran sosial,
jiwa kesatuan (Corp-geest), rasa kesetiakawanan (Solidaritas) serta
kebanggaan akan tugasnya sebagai abdi masyarakat, khususnya dalam bidang
pekerjaan umum.
Peristiwa 3 Desember 1945 akan terus
dikenang dan diperingati sebagai Hari Kebaktian Pekerjaan Umum. Saat ini
para pegawai Departemen Pekerjaan Umum terus berjuang untuk melanjutkan
pengabdian mereka terhadap nusa dan bangsa.
Perjuangan para generasi penerus ini
telah diwujudkan dalam pengabdian terhadap negara untuk mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia dengan kegiatan pembangunan yang saat ini
sedang giat dilaksanakan.